Rabu, 29 Desember 2010

resolusi

Bismilahhirohman nirohin




Beberapa bulan terakhir ini adalah masa-masa yang amat melelahkan bagi saya. Selain perut yang semakin tebal dan dompet yang kian menipis, waktu tak ada dan uang se adanya, rasa bahagia pun menjadi hal yang semakin langka.


Tujuan menjadi tidak jelas, dan langkah kaki entah hendak ke mana.

Baru sekali terjadi dalam hidup ini, ingin rasanya menyerah saja.

Dibesarkan oleh dua pedagang yang menjual dagangan orang lain, rasanya hidup ini selalu dipenuhi dengan semangat perjuangan tanpa kenal lelah. Jatuh-bangun, dalam bentuk apa pun, selalu siap untuk dihadapi.
Setidaknya, begitulah yang selama ini selalu saya percaya.

Lalu semua terbuyarkan. Perlahan pada awalnya, lalu tiba-tiba mengalami akselerasi yang sangat tinggi. Seperti… tiba-tiba menemukan kesalahan yang sangat mendasar pada tatanan hidup yang selama ini coba dibangun.
Keyakinan luluh-lantah…. keyakinan pada diri sendiri.
tentang mimpi mimpi yang selama ini saya yakini.

Sementara, jika saya tidak sombong, apalagi yang saya punya, bukan?


 kesempatan datang dan berlalu tanpa akhir sebuah kata,SAYA BISA !!!


Semuanya berawal ketika saya mencoba untuk lupa, menghapus ingatan akan sebuah nama dan sebentuk senyuman. Juga gerak-gerik dan gelak tawa. Langkah kaki, postur tubuh serta kedip mata. Tentu saja, termasuk suaranya.


saya terlempar kedalam dunia yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya,

menjadi hal lain dari saat pertama mengawali hari hari ini dengan semangat 45 untuk menjadi *e***n*.



jatuh bangun saya di buatnya

hingga kini saya hanya bisa  berdiri di tepian mimpi mimpi itu, menatap serpihan-serpihannya yang tinggal berukuran seperdiamikron, yang perlahan lenyap dan kemudian terbang dituip angin hingga tercerai berai.




Haruskah aku akhiri hidup ini.???
Terlepas atas kekalahan indonesia vs malaysia


Terasa berlebihan, memang. Tapi bagaimana lagi. Ada hal-hal yang berkaitan satu dan lainnya.






2 hari terakhir menuju tahun baru ini saya gunakan untuk menyusun resolusi,
Besok saya mau kecipanas puncak, menginap di villa dan mendaki gunung pangrango seterusnya. menikmati hangatnya kopi yang sekejap kemudian menjadi dingin. menghirup udara sejukanya puncak pangrango, serta merasakan hembusan anginnya yang dengan manja manampari wajah ini.

Ada yang mau ikut ???? semua biaya tansportasi dan akomodasi, saya yang tangung .




Bagaimana??? saya sombongkan!!!!


Itulah kelebihan saya...

Selasa, 07 Desember 2010

pergi jangan

bandung adalah setetes embun
yang tergelincir dari dedaunan setelah hujan turun semalam
juga matahari pagi yang tak pernah disambut hangat
oleh penghuninya

bandung adalah santai
dan terlambat itu biasa saja sekaligus macet, semrawut
dengan sistem lalu-lintas yang ruwet

bandung adalah hijaunya pinus
merah bunga mawar dan warna-warni lampu malam
ditambah hitam asap knalpot
tercampur aroma sampah kota
yang sering lupa terangkut

bandung adalah sejuk,damai, tenang
yang terusik hingar-bingar
para geng motor

bandung adalah derai tawa dan air mata
plus amarah viking seusai persib kalah tanding

bandung adalah surga berbelanja
tempat lidah berwisata dan perut dimanja
awal kisah-kisah cinta romantis
juga perselingkuhan terjadi di sana

bandung adalah sarang seniman
penulis dan cendikiawan
termasuk tanah kelahiran pemusik
yang kemudian ditinggal pergi demi nasib lebih baik

bandung adalah kota pelajar
dan pusat pendidikan
yang juga minim lapangan pekerjaan

bandung adalah paradoks terkadang dibenci, tidak jarang dirindu

Sejak 1984…


Sewaktu kuliah, saya begitu kukuh untuk berjuang di kota ini, tidak sekedar bertahan.

Tapi menurut Google Search, yang saya kerjakan di Bandung.
Tenyata sudah terlalu banyak.

Kesemepatanpun datang.

Haruskah saya tinggalkan ini semua? Demi…?

Pergi, jangan, jangan pergi…


“Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending.”