Selasa, 07 Desember 2010

pergi jangan

bandung adalah setetes embun
yang tergelincir dari dedaunan setelah hujan turun semalam
juga matahari pagi yang tak pernah disambut hangat
oleh penghuninya

bandung adalah santai
dan terlambat itu biasa saja sekaligus macet, semrawut
dengan sistem lalu-lintas yang ruwet

bandung adalah hijaunya pinus
merah bunga mawar dan warna-warni lampu malam
ditambah hitam asap knalpot
tercampur aroma sampah kota
yang sering lupa terangkut

bandung adalah sejuk,damai, tenang
yang terusik hingar-bingar
para geng motor

bandung adalah derai tawa dan air mata
plus amarah viking seusai persib kalah tanding

bandung adalah surga berbelanja
tempat lidah berwisata dan perut dimanja
awal kisah-kisah cinta romantis
juga perselingkuhan terjadi di sana

bandung adalah sarang seniman
penulis dan cendikiawan
termasuk tanah kelahiran pemusik
yang kemudian ditinggal pergi demi nasib lebih baik

bandung adalah kota pelajar
dan pusat pendidikan
yang juga minim lapangan pekerjaan

bandung adalah paradoks terkadang dibenci, tidak jarang dirindu

Sejak 1984…


Sewaktu kuliah, saya begitu kukuh untuk berjuang di kota ini, tidak sekedar bertahan.

Tapi menurut Google Search, yang saya kerjakan di Bandung.
Tenyata sudah terlalu banyak.

Kesemepatanpun datang.

Haruskah saya tinggalkan ini semua? Demi…?

Pergi, jangan, jangan pergi…


“Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending.”

1 komentar:

Luka Bakar dan tersiram air panas mengatakan...

kunjungan,.pagi menjelang siang,.!!!